|
|  | Salam hangat pembaca Tech in Asia Indonesia! π Industri fintech P2P lending Indonesia tengah berada di persimpangan menarik. Di satu sisi, dana yang disalurkan oleh lender ke platform P2P lending terus meningkat hingga mencapai Rp299,15 triliun sepanjang 2024 (naik 22,35 persen yoy). Namun di sisi lain, rentetan kasus fraud dan gagal bayar sepanjang 2024 hingga 2025 berjalan memunculkan pertanyaan besar: masihkah industri ini menarik di mata para lender? Baca selengkapnya dalam suguhan executive brief hari ini. π¬ |
| | | | |  | Bisnis P2P lending di sektor fintech terus diterpa badai kepercayaan yang mengkhawatirkan akibat rentetan kasus yang muncul di permukaan. Mulai dari TaniFund dan Investree yang izin usahanya dicabut, KoinP2P yang debiturnya membawa kabur dana hingga Rp365 miliar, kasus Akseleran dengan gagal bayar senilai Rp178,3 miliar, hingga Crowde yang dilaporkan J Trust Bank ke Polda Metro Jaya. Berbagai kasus tersebut mengancam kepercayaan lender perbankan yang notabene menyumbang 55,57 persen dari total outstanding pinjaman pada 2024. Ketika sumber penyaluran dana terhambat, penyaluran kredit berisiko menurun meski permintaan tetap tinggi. Kekhawatiran ini semakin relevan mengingat kondisi likuiditas perbankan yang sedang ketat. Data Bank Indonesia menunjukkan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) perbankan pada Januari 2025 sebesar 26,03 persen, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 27,79 persen. Mitigasi yang dilakukan industri untuk saat ini Menariknya, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) tetap optimistis. Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar menegaskan penyaluran kredit dari perbankan ke P2P lending masih akan terus bertumbuh positif karena implementasi dari sejumlah langkah strategis, seperti: penyediaan mekanisme transparansi dan kepatuhan regulasi keuangan untuk mencegah fraud; menawarkan strategi pengelolaan risiko yang komprehensif; serta mengembangkan solusi analisis risiko mutakhir dan teknologi keuangan terbaru.
Sementara itu, OJK mewanti-wanti agar para lender, khususnya bank, melakukan evaluasi komprehensif terhadap seluruh kerja sama dengan fintech P2P lending, termasuk memperkuat pengawasan dan mengevaluasi penetapan risk acceptance criteria mereka. OJK menekankan pentingnya proses due diligence mendalam terhadap platform P2P lending sebelum berinvestasi atau bekerja sama, dengan fokus khusus pada mekanisme mitigasi risiko dan transparansi yang ditawarkan. |
| | TLDR, berikut poin-poin yang dapat kamu petik dari artikel ini: π Untuk startup fintech: Fokus pada perbaikan transparansi dan sistem anti-fraud yang lebih ketat untuk mengembalikan kepercayaan lender, terutama perbankan. Kembangkan nilai tambah melalui teknologi analisis risiko mutakhir yang bisa menjadi daya tarik bagi lender institusional. Lakukan kerja sama dengan OJK untuk meningkatkan standar keamanan dan memperkuat pengawasan industri.
π Untuk lembaga jasa keuangan dan perbankan: Perbankan sebagai lender terbesar (55,57 persen dari outstanding pinjaman) perlu melakukan evaluasi komprehensif terhadap mitra P2P lending. Tingkatkan pengawasan terhadap penyaluran kredit lewat P2P lending, termasuk mengevaluasi risk acceptance criteria (RAC). Pertimbangkan kondisi likuiditas ketat (rasio AL/DPK 26,03 persen) dalam menentukan alokasi dana ke P2P lending.
|
| | | | |  | Gambaran besarnya: Industri logistik Indonesia diprediksi tumbuh pesat dengan proyeksi nilai pasar mencapai US$318 miliar (sekitar Rp5,25 kuadriliun) pada 2025, namun masih menghadapi tantangan biaya logistik yang tinggi dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara. Adopsi teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI) untuk optimasi rute dan prediksi pesanan, dianggap krusial untuk meningkatkan efisiensi operasional. Implikasinya: Tingginya biaya logistik membuat daya saing produk Indonesia menurun di pasar regional dan global. Sementara itu, persaingan yang ketat antar pemain logistik dapat memicu perang harga yang tidak sehat. Ini berpotensi menghambat investasi jangka panjang yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur dan teknologi di sektor logistik. Kenapa ini penting: Logistik menjadi sektor krusial dalam mendukung aktivitas bisnis dan ekonomi Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan 7-10 persen pada 2025, menurut Asosiasi Logistik Indonesia. Efisiensi logistik akan menentukan daya saing Indonesia di pasar regional, terutama dengan perkembangan e-commerce dan manufaktur yang semakin membutuhkan layanan logistik terintegrasi. Meskipun pasar logistik Indonesia diprediksi tumbuh pesat, terdapat perbedaan pandangan mengenai pendekatan utama untuk mengatasi masalah—apakah fokus pada pengembangan infrastruktur fisik atau adopsi teknologi digital harus diprioritaskan dengan sumber daya terbatas? |
| Omong-omong, kami sedang melakukan user interview untuk memahami bagaimana Tech in Asia Indonesia dapat menyelesaikan masalah kamu lewat produk dan layanan kami. Jika kamu memiliki waktu 30 (tiga puluh) menit dan bersedia, maka kami akan senang sekali untuk berbicara dan mencoba mengerti apa yang kamu butuhkan. Cukup balas email ini dan tim kami akan akan mengatur waktu untuk melakukan video call dengan kamu. |
| | |  | | | | | Mengenali apa itu sunk cost fallacy |
| Sebagai seorang profesional, kamu pasti pernah mengalami situasi di mana kamu merasa terpaksa melanjutkan sebuah proyek atau keputusan, hanya karena kamu telah menginvestasikan banyak waktu dan tenaga di dalamnya. Fenomena psikologis ini dikenal sebagai sunk cost fallacy. Manusia sangat rentan terhadap jebakan psikologis ini. Kita cenderung merasa terdorong untuk melanjutkan sesuatu semata-mata karena kita sudah menginvestasikan waktu dan usaha ke dalamnya. Namun kenyataannya, apapun yang kamu lakukan dengan waktumu, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan waktu tersebut kembali. Dan setiap waktu yang digunakan untuk melanjutkan prioritas yang salah hanya akan jadi bentuk pemborosan. Sunk cost fallacy menjadi alasan utama terjadinya kesalahan penilaian yang fatal ini, terutama di kalangan wirausahawan yang percaya bahwa jika mereka berhenti sekarang, semua investasi waktu dan uangnya akan terbuang sia-sia. Seperti ungkapan terkenal: "Definisi kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda." Baik itu dalam aktivitas, pekerjaan, atau hubungan, kita perlu berhenti jika sesuatu tidak berjalan dengan baik. Kita terlalu takut untuk berhenti, padahal di dunia yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas ini, kita lebih baik melangkah maju. Sebagai profesional, penting untuk mengenali kapan harus melepaskan dan memulai halaman baru, daripada terus terjebak dalam lingkaran investasi yang tidak produktif. |
| | | | |  | Kenaikan minat investor pada energi hijau dan gas alam membuka peluang bagi startup yang mengembangkan solusi energi terbarukan, pengelolaan limbah, atau efisiensi karbon sepanjang dua tahun terakhir. Simak data selengkapnya di sini. |
| | | | Fore Coffee siap IPO, targetkan Rp379 miliar Dana dari IPO ini akan digunakan untuk membuka sekitar 140 outlet baru di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, mulai 2025 hingga 2026. |
| | Grab dikabarkan dalam proses due diligence untuk akuisisi GOTO Sementara itu pihak GOTOA menyatakan tidak ada kesepakatan dengan Grab Holding Ltd. terkait akuisisi. Mereka saat ini sedang fokus pada kegiatan usaha dan meningkatkan kinerja perusahaan. |
| | | | [Community Program] Pendaftaran SKALA Bootcamp 2025 diperpanjang! π Pendaftaran program SKALA Bootcamp 2025 resmi diperpanjang hingga 23 Maret! Jangan sampai ketinggalan untuk tingkatkan bisnismu ke level berikutnya! Ikuti program intensif 2 minggu bersama Innovation Factory dan Alpha JWC Ventures untuk dapatkan kesempatan untuk akses potensial funding sebesar US$50.000, sesi 1:1 mentorship dengan VC ternama, sesi coaching dari para expert, serta keuntungan lainnya untuk startup-mu dari para partners! ✨ πDaftar sekarang di ππ»Bit.ly/JoinSKALA2025! |
| | [Community Program] Saatnya wujudkan idemu dan bantu keberlanjutan bumi! π± Climate Impact Innovations Challenge (CIIC), persembahan East Ventures & Temasek Foundation, kembali hadir tahun ini!
CIIC memanggil kamu para climate entrepreneurs dan innovator untuk mewujudkan solusi inovatif di bidang Energy Transition, Sustainable Agriculture, dan Circular Economy. Dengan adanya AI yang saat ini mentransformasi keberlanjutan, CIIC juga mencari inovasi berbasis AI untuk mengatasi tantangan pada ketiga bidang tersebut.
ππ»Cari tahu info selengkapnya dan daftar segera di climateimpactinnovations.com untuk menangkan hadiah total Rp10 miliar! π✨ |
| | [Community Program] Gabung di AI Innovation Conference 2025 dan temukan bagaimana AI bisa mendorong inovasi dan efisiensi di industri Anda. Dapatkan wawasan langsung dari para pakar, pelajari penerapan AI di berbagai sektor, dan bangun koneksi strategis dengan eksekutif, inovator, dan pembuat kebijakan. Acara ini akan berlangsung pada 15 Mei 2025 di Kuningan City Ballroom, Jakarta Selatan. Jangan lewatkan kesempatan ini! Daftar sekarang di supertype.ai/conference. |
| |  | Tech in Asia Conference siap kembali di 2025
Psst… presale hampir berakhir!
Insight dari Khailee Ng, Nick Nash, Dione Song, dan para pakar lainnya di Tech in Asia Conference 2024 benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Tahun depan, kami siap melanjutkan energi itu dengan konferensi yang lebih besar, lebih banyak koneksi, tips praktis, dan peluang nyata untuk mendukung kamu berkembang.
Yuk, investasikan masa depanmu sekarang – tiket presale diskon 85% hanya untuk waktu terbatas! |
| |
|
|
|
| |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar