Tren konten pendek dalam format vertikal (mikrodrama) kini mulai merambah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Keberadaan aplikasi streaming mikrodrama pun mulai menjamur, seperti DramaBox, GoodShort, dan Melolo. Bahkan, beberapa pemain mendominasi tangga unduhan di App Store dan Google Play.
Perusahaan media dan platform streaming lokal pun mulai melihat peluang ini. IDN Media meluncurkan konten mikrodrama pada Maret 2024, sementara KaryaKarsa telah mulai menjajaki format ini sejak 2022 dan menargetkan kontribusi pendapatan hingga 30 persen pada 2027.
Mengukur daya beli konten masyarakat
Di Asia Tenggara, jumlah unduhan aplikasi mikrodrama mencapai 19 juta pada Januari 2025. Angka ini naik 450 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pembelian dalam aplikasi menghasilkan pendapatan sebesar US$14 juta (sekitar Rp234,4 miliar) hanya dalam bulan Januari, naik 360 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berbeda dengan layanan streaming konvensional yang mengandalkan model abonemen bulanan, sebagian besar platform mikrodrama menerapkan sistem bayar per tayangan (pay-as-you-go). Pengguna dikenakan biaya per episode atau per seri setelah menonton episode teaser secara gratis.
Masih kalah dengan kapasitas produksi konten di Cina
Tantangan utama bagi pemain lokal adalah mengejar efisiensi produksi seperti di Cina. Di negara tersebut, production house bisa menyelesaikan syuting satu mikrodrama hanya dalam 4-7 hari, dengan keseluruhan proses produksi selesai dalam waktu tiga minggu.
Sementara di Indonesia, waktu produksi masih memakan 2-3 bulan. Jika hambatan produksi ini bisa diatasi, bukan tidak mungkin jika industri tayangan mikrodrama lokal bisa berkembang lebih pesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar